Penguasa Represif dan Tanda-Tanda Akhir Zaman
Dari Abbas Al-Ghifari Radliyallaahu ‘Anhu, Bersabda Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wa Sallam:
بادروا بالموت ستا امرة السفهاء, وكثرة الشرط, وبيع الحكم, واستخفافا بالدم, وقطيعة الرحم, ونشئا يتخذون القران مزامير يقدمونه يغنيهم وان كان اقل منهم فقها
“Cepat-cepatlah kalian menemui ajal kalian apabila terdapat 6 perkara: pemerintahan yang dipegang oleh orang-orang yang jahil, banyaknya antek-antek penguasa, jual-beli kasus, penguasa yang berdarah dingin, terputusnya tali silaturahmi, dan anak-anak muda yang menjadikan Al-Qur’an sebagai nyanyian, dia diangkat menjadi imam agar menyanyikan Al-Qur’an meskipun dia adalah orang yang paling tidak memahaminya.“
(HR. Ahmad, Al-Hakim, Al-Bazzar, Ath-Thabrani)
Asbabul wurud (sebab diturunkannya) riwayat ini adalah ketika ada sekelompok tabi’in yang sedang duduk-duduk sambil membicarakan wabah kolera, tiba-tiba saja ‘Abs Al-Ghifari ra berdiri dan berdoa agar dimatikan karena wabah kolera dan mengulangi do’anya hingga tiga kali.
Maka orang-orang yang ada di sekitarnya mengingkari tindakan ‘Abs tersebut karena dianggap menyelisihi petunjuk Nabi tentang buruknya sikap seseorang yang menginginkan kematian.
Maka berdirilah ‘Abs dengan menyebutkan hadits ini, dengan maksud memberikan penjelasan akan adanya berbagai kondisi sebagai alasan yang mengecualikan petunjuk Nabi tersebut. ‘Abs berkata, “Aku mendengar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,” menunjukkan adanya kebolehan untuk menginginkan kematian jika enam pertanda tadi benar-benar telah terjadi, kemudian ia menyampaikan hadits tersebut. Dan situasi saat itu menampakkan bahwa enam gejala tersebut sudah dirasakan oleh ‘Abs ra.
Hadits ini memuat enam perkara yang termasuk bencana paling besar. Jika ke-enamnya telah menimpa umat Islam, maka liang lahat lebih baik bagi hamba-hambaNya daripada hidup di atas permukaan bumi.
Sebab ke-enam perkara itulah yang membuat kehidupan berjalan di jalur yang tidak benar, dimana orang beriman pasti tidak menyukainya.
Inilah makna yang terkandung dalam sabda beliau badiru bi al-maut, sebab kematian bukanlah atas kuasa manusia. Manusia tak mampu memajukan atau menunda, lebih-lebih dengan bunuh diri karena perbuatan ini sangat dilarang agama.
Akan tetapi maksud dari hadits Nabi ini adalah bentuk penggambaran untuk menunjukkan betapa bahayanya enam perkara tersebut bagi kehidupan seorang mukmin, sampai pada batas jika seorang mukmin mendapati dirinya dalam kondisi demikian, niscaya dia akan berharap tidak mendapati zaman tersebut, dan hal itu tentu akan lebih baik baginya.
Berikut penjelasan dari ke-enam perkara tersebut.
Penguasa yang Jahil
Zaman ketika orang-orang pandir, gegabah dan pendek akalnya diberikan atau terlibat kekuasaan atas umat Islam. Para penguasa yang tidak memiliki kompetensi, orang-orang dengan akhlak dan adab yang rendah yang berkuasa dengan lalim.
Cerdik pandai dan orang-orang pilihan malah tersingkir, diganti orang-orang yang bukan ahlinya.
Banyaknya Antek-Antek Penguasa
Yang dimaksud disini adalah para pembantu, staf khusus, dan kaki tangan penguasa baik yang tampak maupun tidak.
Jumlah mereka akan semakin banyak, mengindikasikan para penguasa akan menggunakan tangan-tangan mereka dalam menjalankan siasat politiknya kepada umat Islam sehingga mereka tetap berkuasa. Tentu saja hanya penguasa yang tiran yang membutuhkan antek-antek seperti ini.
Para antek-antek ini pada satu saat menjadi tameng, buzzer, propagandis, dan pada saat lain bisa berubah menjadi tangan-tangan besi yang menjadi alat tuannya memenuhi kehendak.
Semakin bertambah kezaliman penguasa, semakin bertambah pula kebutuhan mereka akan antek-antek. Hampir pada setiap lini pemerintahan dan birokrasi akan ada antek-antek, staf ahli, staf khusus untuk memberikan laporan apa yang membahayakan kekuasaannya.
Bahkan saking banyaknya antek-antek tersebut hingga dibentuklah berbagai lembaga dan satuan khusus untuk menjaga stabilitas posisi penguasa.
Fenomena antek-antek yang marak ini besar kemungkinan disebabkan oleh berbagai kerusakan di tengah-tengah manusia, kepentingan yang saling bertabrakan, dan banyaknya perselisihan yang terjadi di tengah umat.
Semua ini membutuhkan pertambahan antek-antek yang mengamankan kursi kekuasaan.
Sebagai konsekuensinya, penguasa akan menjalankan roda pemerintahan dengan benarnya kekuatan, bukan kuatnya kebenaran.
Jual-Beli Kasus
Kondisi ini menggambarkan rusaknya sistem peradilan dalam pemerintahan., maraknya praktek suap dalam lembaga hukum.
Tukang Jagal
Hadirnya raja tega yang membantai sesama manusia bahkan saudaranya sesama muslim. Fenomena ini memang sebenarnya adalah kejahatan yang klasik, namun akan semakin masif pada akhir zaman.
Hal ini bisa disebabkan oleh perebutan kekuasaan, pemahaman agama yang dangkal, kelompok-kelompok yang melampaui batas, berbagai takwil sesat yang menghalalkan perbuatan ekstrim, perang pemikiran dan budaya yang didalamnya terdapat pengagungan terhadap orang-orang yang kejam, kemudahan hukum yang diberikan kepada para tukang jagal, bahkan diberikan gelar kepahlawanan.
Pemutusan Tali Silaturahmi
Silaturahmi merupakan perkara yang amat besar dalam Islam, bahkan bisa menjadi sebab seseorang masuk surga, hingga terputusnya silaturahmi menjadi tanda-tanda hari kiamat.
Pemutusan tali silaturahmi merupakan saudara kandung dari kerusakan kehidupan di bumi, dan perbuatannya akan mengundang laknat Allah bagi pelakunya.
Pertanda ini sudah mulai marak di tengah umat, yang terkontaminasi budaya barat tanpa pilah pilih mana yang sesuai dan mana yang bertentangan dengan syariat. Tali silaturahmi semakin ditinggalkan, diganti oleh tali kepentingan duniawi semata.
Generasi Muda yang Menjadikan Al-Qur’an Sebagai Nyanyian
Umat Islam akan diuji dengan dijadikannya Al-Qur’an sebagai lagu-lagu indah yang didendangkan tanpa menyelami maknanya secara mendalam. Keindahannya dieksplorasi namun kandungan ilmunya ditinggalkan.
Bukan berarti kita mengingkari adanya keutamaan menghiasi Al-Qur’an dengan suara merdu, akan tetapi pertanda ini memberikan isyarat terkait perubahan hati dan adab manusia dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an.
Disadur dari buku Ensiklopedi Akhir Zaman, Dr. Muhammad Ahmad Al-Mubayyadh