Rasa Takut (Khauf), Pengharapan (Roja’) dan Virus Corona
Priyo Anggoro, S.Sos., MM.
Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Al Ghazali (UNUGHA) Cilacap
Rasa takut (khauf) dianalogikan oleh Al-Ghazali seperti cambuk untuk mempercepat jalan keledai. Dengan cambukan yang kuat, keledai bisa berjalan dengan cepat.
Aplikasinya ada pada amal manusia. Rasa takut berfungsi untuk meningkatkan amal soleh seorang hamba. Cambuk rapuh yang tidak bisa membuat suatu kemajuan pada amal, hanya berupa rasa takut yang sia-sia atau bisa juga disebut dengan takut yang pura-pura.
Terkadang, rasa takut timbul dari suatu keadaan, sesuatu yang menakutkan. Sebagaimana banjir atau tsunami yang akan merusak dan menenggelamkan bangunan-bangunan. Begitu juga dengan kebakaran, gunung meletus, gempa bumi dan semua jenis bencana alam termasuk merebaknya wabah penyakit.
Abu al-Qâsim al-Hâkim berkata: “orang yang takut pada sesuatu akan bersegera menjauhinya, sedangkan orang yang takut pada Allah akan bersegera menuju kepada-Nya, dengan mematuhi segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.”
Rasa takut (khauf) ada juga yang berlebihan (ifrâth). Rasa takut yang berlebihan ini akan menghasilkan sebuah keputus asaan. Karena begitu besarnya rasa takut yang dialami, orang yang begitu takut tersebut hanya bisa diam, panik, bahkan putus asa tanpa perbuatan nyata untuk bergerak lebih dinamis.
Karena dahsyatnya, rasa takut ini bisa juga menyebabkan kematian atau bunuh diri. Sebagaimana cambukan yang seharusnya untuk mendidik, terlalu keras ditujukan kepada seorang anak kecil yang tentu saja bisa mengakibatkan kematian. Takut yang berlebihan ini disifati dengan takut yang tercela.
Roja’ (pengharapan) adalah mengharap kebaikan yang ada di sisi Allah ‘azza wa jalla berupa keutamaan serta kebaikan dunia dan akhirat. Roja’ haruslah diiringi dengan usaha menempuh sebab-sebab untuk mencapai tujuan.
Sebagai contoh ketika kita bertani, jika berharap memiliki hasil yang baik dan panen yang melimpah, maka harus diiringi usaha yang maksimal dengan cara memilih tanah yang subur, menentukan bibit yang baik, memupuknya, serta menjaga dan merawatnya dari segala hama hingga masa panen tiba.
Roja’ atau pengharapan bermakna bahwa segala sesuatu selalu ada jalan keluar dan pertolongan dari Allah. Tidak ada yang bisa luput sedikit pun dari kasih sayang Allah. Sehingga menimbulkan sifat optimis.
Kemudian kita juga harus memiliki pemikiran positif bahwa segala wabah apa pun adalah sesuatu yang akan menguji keimanan kita, sejauh mana sikap kita dalam menyikapi musibah besar. Tetapkah berharap kepada Allah, atau malah mengkufuri segala nikmat yang telah Allah berikan.
Wabah Corona adalah ujian pengaplikasian khauf (rasa takut) dan roja’ (pengharapan). Menempatkan khauf pada tempatnya, tidak membabi buta dengan kepanikan dan ketakutan yang berlebih, diiringi dengan kewaspadaan yang maksimal. Karena hakikatnya Allah sudah memberikan pengetahuan tentang pentingnya iman kepada Qodho dan Qodar atau takdir hidup dan mati manusia.
Khauf yang diimbangi dengan roja’ memberi satu faedah bahwa di balik wabah pasti ada harapan yang bisa kita kejar untuk mendapat satu hikmah kebaikan dalam mendekatkan diri pada Allah dan senantiasa memohon kasih sayang-Nya supaya mendapat kebaikan dan kemenangan di dunia dan akhirat.
Sumber: serikatnews.com