Tujuh Tanda Kebahagiaan
Suatu hari, Ibnu Abbas Radhiallahu anhu ditanya oleh murid-muridnya tentang apa itu kebahagiaan. Beliau kemudian mengatakan, kebahagian memiliki tujuh tanda pada hidup seseorang:
Pertama: Qolb Syaakir, hati yang selalu bersyukur. Ia menerima apa yang diperoleh dan memanfaatkannya untuk kebaikan. Ia juga menerima apa yang ada dengan lapang dada. Tiada keinginan melebihi genggaman tangan, pun tak menggerutu atas apa yg lebih sedikit dari itu.
Ia cerdas memahami kasih sayang Allah. Apapun yang diberikan mendekatkan ia kepada-Nya. Ia selalu berfikir positif. Jika dirundung masalah, ia memperhatikan orang yang lebih sulit darinya. Jika diberikan kemudahan, ia sadari hakikatnya itulah ujian. Ia semakin hari semakin bersyukur. Berbahagialah, karena semakin bersyukur akan semakin bahagia.
Kedua: Al-Azwaaj Al-shaalihah, pasangan hidup yang saleh. Pasangan yang memberikan nuansa teduh dan tentram di rumah. Berada di dekatnya membuat engkau mengingat Allah.
Ketiga: Al-Aulad Al-Abraar, anak-anak yang saleh, yang berbakti kepada orang tuanya dan menjadi penyejuk pandangan. Aduhai betapa bahagianya memiliki anak-anak yang seperti ini.
Keempat: Al-Bii’ah Al-shaalihah, lingkungan yang baik dan kondusif bagi keimanan kita. Yang selalu mendorong dan mengingatkan kita kepada kebaikan. Memiliki sahabat yang memberikan nilai tambah bagi keimanan. Ia mengajak kepada kebaikan dan mengingatkan dengan lemah lembut atas kesalahan.
Kelima: al-Maal al-halaal, harta yang halal. Harta yang banyak bukanlah ukuran terpenting, namun kualitas dari cara mendapatkannya dan cara membelanjakannya lah yang paling penting.
Keenam: Tafaqquh fi al-diin, semangat mempelajari agama. Ia mengkaji, memahami dan mengamalkan ilmu-ilmu agama dengan semangat yang menyala-nyala. Hidupnya menjadi terarah, bernilai pahala. Semakin ia belajar, semakin ia mencintai Allah dan Rasul-Nya. Cinta ini yang menerangi dan menentramkan hatinya, maka berbahagialah orang berilmu dan semangat menuntut ilmu.
Ketujuh: Umur yang berkah. Semakin tua ia semakin mulia. Setiap detik hidupnya berkualitas. Ia optimis dan bergairah. Kebaikan dan karyanya melampaui usianya.: al-Maal al-halaal, harta yang halal. Harta yang banyak bukanlah ukuran terpenting, namun kualitas dari cara mendapatkannya dan cara membelanjakannya lah yang paling penting.