Waktu Ibarat Pedang
Oleh: Ibnu Al-Jauzi
Adat dan tradisi telah mengalahkan manusia, sehingga waktu-waktunya termakan sia-sia. Padahal, generasi terdahulu sangat berhati-hati dalam melewatkan waktu. Al-Fudhail berkata, “Aku mengetahui beberapa orang menyiapkan kata-katanya dengan tekun dari Jum’at ke Jum’at berikutnya.”
Uzlah akan banyak membantu seseorang menggunakan waktu sebaik-baiknya. Juga sederhana saat bertemu siapa saja dengan mengucapkan salam. Hajatkan yang penting saja. Jangan makan terlalu banyak, karena itu akan membuat Anda kebanyakan tidur. Hilanglah waktu malam yang berharga.
Ada beberapa orang yang berkunjung ke rumah ulama salaf, lalu berkata, “Barangkali kami telah menyibukkanmu.” Orang alim itu berkata, “Aku benarkan perkataanmu karena saat engkau masuk, aku sedang membaca, tetapi saat ini aku tinggalkan demi engkau sekalian.”
Satu saat, ada seorang lelaki ahli ibadah datang ke tempat Sary as-Saqty. Orang itu melihat banyak kumpulan manusia di situ. Berkatalah orang itu, “Jika duduk bersama mereka, aku akan menjadi seorang penganggur.” Orang itu lewatlah dan tidak jadi duduk di tengah-tengah mereka.
Saat seseorang yang diziarahi bersikap lemah, maka peziarah akan berlama-lama duduk. Akan sulitlah lepas dari rasa pedih yang menyiksa akibat lamanya mereka duduk.
Ada sekelompok manusia yang berlama-lama duduk di majelis Ma’ruf al-Karkhi. Melihat gejala ini berkatalah Ma’ruf, “Sesungguhnya penguasa matahari (Allah) tidak pernah berhenti memutar matahari. Apakah kalian tidak akan bangun dari tempat duduk kalian?”
Salah satu yang sangat menjaga waktu adalah Amir bin Qais. Suatu saat ada seseorang yang berkata kepadanya, “Bangunlah, aku ingin berbicara denganmu.” Dia kemudian berkata, “Jika begitu yang engkau mau, peganglah matahari agar ia berhenti berputar.”
Beberapa ulama salaf memberi nasihat kepada para sahabatnya, “Jika kalian keluar dari tempatku ini, berpencarlah karena mungkin di antara kalian ada yang membaca al-Qur’an di tengah jalan. Jika kalian berbondong-bondong, kalian akan terus mengobrol.”
Waktu itu terlalu mahal untuk disia-siakan walaupun hanya sesaat. Dalam hadits shahih disebutkan, “Barang siapa membaca Subhanallah al’Adhim wa bihamdih akan ditanamkan baginya pohon kurma di dalam surga.”
Lihatlah dengan hati, qalbu, dan nurani. Betapa banyaknya anak Adam menghabiskan waktunya sia-sia sehingga terlepaslah banyak pahala dari tangannya. Sebenarnya, hari-hari di dunia ini laksana ladangyang berkata, “Setiap engkau menanam satu biji, maka akan kami tumbuhkan seribu. Oleh karena itu, apakah wajar bagi seorang yang cerdas untuk berhenti menanam dan berleha-leha?”
Barang siapa melihat perjalanan orang-orang salaf dan yakin atas pahala yang dicapai, niscaya akan memahami apa yang saya uraikan ini.
Shaidul Khatir