Berpikir dalam Pandangan Al-Qur'an
Al-Qur’an berulang-ulang mengajak pembacanya berpikir tentang tanda-tanda Sang Pencipta di alam semesta, dan di dalam diri mereka sendiri, dengan tujuan agar mereka memahami “kehadiran-Nya”.
Terdapat kurang lebih 750 ayat Al-Qur’an yang mendesak pembacanya untuk berpikir tentang alam, sejarah, Al-Qur’an itu sendiri, dan manusia. Berpikir dalam kacamata Al-Qur’an setidaknya terkluster dalam lima tema utama:
- Keesaan dan kasih sayang Allah (Tauhid)
- Tadabbur pada Al-Qur’an
- Manusia dan alam semesta
- Preseden sejarah
- Berpikir itu sendiri
Berpikir dalam pandangan Al-Qur’an, adalah satu bentuk ibadah manakala dilakukan dengan niat ikhlas dan tujuan yang baik.
Hirarki dari lima fungsi persepsi-kognitif, sering disebut dalam Al-Qur’an, yaitu pendengaran, penglihatan, pemikiran, ingatan, dan kepastian (lawan dari keraguan).
Aspek lain dari pandangan Al-Qur’an tentang berpikir adalah penekanan pada hikmah (kebijaksanaan dan penulaian yang adil). Hikmah dipandang lebih penting dari pengetahuan praktis dan keahlian, karena dapat memandu pengetahuan dan keahlian yang dimiliki supaya digunakan secara tepat.
Al-Qur’an menyebutkan kata hikmah sebanyak 20 kali, 10 diantaranya diawali dengan kata kitab (suci), menunjukkan kaitan yang erat diantara keduanya. Nilai hikmah dalam Al-Qur’an digarisbawahi dalam satu ayat:
“Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).” (QS. Al-Baqarah : 269)
Di ayat yang lain, Al-Qur’an memuji mereka yang mau mendengar dan mengikuti yang terbaik:
“yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.” (QS. Az-Zumar : 18)
Al-Qur’an menggarisbawahi tanda-tanda pada matahari, bulan, pergantian siang dan malam, perubahan angin yang terus-menerus, variasi warna dan lidah manusia untuk direnungkan.
Namun ada beberapa hal yang mesti dihindari agar kita dapat berpikir dalam kerangka Al-Qur’an dan menggali hikmah yang ada baik pada Al-Qur’an, alam semesta, maupun yang ada dalam diri manusia, yaitu:
- Hawa nafsu yang menjadikan kecintaan dan kebencian yang berlebihan, prasangka yang menjadikan kita terseret jauh dari imparsialitas dan penilaian yang baik,
- Mengejar pembenaran, bukan kebenaran,
- Taklid buta pada orang lain,
- Sikap diktator yang opresif seperti yang dilakukan oleh Fir’aun dan para penguasa kepada orang-orang yang berpandangan berbeda.
Sejarah telah menunjukkan peradaban Islam sebagai pelopor sains dan teknologi selema 5 abad periode keemasan. Lalu datanglah masa kejumudan berpikir hingga peradaban Islam menjadi peradaban yang bisa dikatakan hanya menjadi bagian dari rencana peradaban lain. Umat Islam harus mengembalikan budaya berpikir dan menggali hikmah, agar bisa kembali menjadi peradaban yang menjadi cahaya dan rahmat bagi seluruh alam semesta.