4 min read

Manajemen Waktu Ala Rasulullah

Manajemen Waktu Ala Rasulullah

(Ditulis oleh: Annisa Fadhillah, Mahasiswi STEI SEBI)

sumber: Laruno.com

Kita pasti sering merasa waktu dalam sehari tidaklah cukup untuk melakukan berbagai aktivitas. Dua puluh empat jam, siang dan malam adalah anugerah yang telah Allah berikan kepada manusia, namun sayangnya banyak yang belum bisa membagi waktu hingga akhirnya waktu terus bergulir dan penyesalanpun menyelimuti diri. Lalu bagaimana umat muslim mampu me-manage waktu dengan baik sehingga menghasilkan karya untuk waktu yang telah Allah berikan?

Sebenarnnya bukan waktu yang tidak cukup untuk beraktivitas, tetapi karena tidak berkahnya waktu usia kita, akhirnya semakin bertambah hari semakin menumpuk tugas yang belum terselesaikan. Maka Rasulullah SAW mengajarkan kepada ummatnya untuk bisa mengelola waktu dengan baik terutama waktu beribadah kepada Allah SWT. Bagi Rasulullah, disiplin beribadah merupakan tonggak awal seseorang bisa me-manage waktunya dengan baik. Karenanya, Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita agar usia kita ini disejalankan dan dicocokan dengan ibadah, karena hidup kita adalah ibadah. Artinya jika ingin usia kita berkah, berapapun usia yang Allah berikan, maka terlebih dahulu kenali hari-hari, waktu-waktu yang istimewa dalam syariat Islam untuk selalu diperhatikan dan diisi dengan kebaikan. Contohnya didalam hidup kita sehari semalam ada shalat lima waktu, sholat itu waktunya telah ditentukan maka taati waktunya (Qs. An-nisa ayat 103), selain itu ada dzikir pagi dan dzikir sore maka taati waktunya.

Selain ibadah, Rasulullah membagi waktu untuk hal lain yang melekat pada dirinya sebagai pemimpin ummat muslim dan keluarga serta pebisnis. Semua kegiatan tersebut beliau lakukan pada siang hari. Rasulullah mengikuti apa yang Allah tetapkan untuk membagi waktu menjadi dua, yakni, “Kami jadikan malam sebagai selimut untuk istirahat dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan” (Qs. An-Naba ayat 10-11).

Allah telah memberikan fungsi yang berbeda-beda, malam fungsinya untuk istirahat, siang untuk mencari kehidupan. Apabila dibalik akan terjadi permasalahan dalam kehidupan kita. Selain itu, turunya ayat al-qur’an banyak terjadi ketika siang hari, karena pada saat itu Rasulullah sedang beraktivitas. Adapun malam hari saat Nabi beristirahat sekali waktu turun wahyu kepada Nabi SAW. Namun diwaktu malam ini pun merupakan waktu yang tepat untuk memohon ampunan Allah SWT.

Lalu bagaimana Rasulullah membagi waktu ketika sudah terbenamnya matahari hingga masuk waktu shubuh? Ketika sudah terbenamnya matahari maka Rasulullah memberikan panduan yang mesti ditaati. Contohnya, Nabi memerintahkan agar menghentikan aktivitas anak-anak saat maghrib tiba, menutup pintu dan jendela, kemudian menyegerakan sholat maghrib. Hal tersebut merupakan panduan yang telah Rasulullah contohkan, bahkan Nabi menyampaikan: “Jika malam datang menjelang atau kalian berada di sore hari, maka tahanlah anak-anak kalian, karena sesungguhnya ketika itu setan sedang bertebaran…” (HR. Bukhari, no. 3280, Muslim, no. 2012).

Nabi Muhammad tidak menyukai tidur sebelum Isya tetapi Nabi juga tidak suka melakukan begadang tiap malam, sehingga kebiasaan Nabi setelah sholat isya adalah istirahat. Namun ada tiga pengecualian di malam hari yang dilakukan untuk urusan muslimin, yaitu untuk menyelesaikan urusan muslimin malam itu, tentunya yang dikecualikan ini bukan kebiasaan hari-hari Nabi. Yang kedua sebagaimana dalam shahih al-Bukhari, beliau membuat bab begadang malam untuk fiqih/ilmu. Yang ketiga berdialog atau bercengkrama dengan istrinya. Jika setelah sholat isya tidak bisa langsung istirahat karena masih harus melakukan kegiatan lain, maka kegiatan tersebut harulah bermanfaat, jangan melakukan kegiatan yang sia-sia.

Rasulullah SAW memberi contoh beristirahat setelah isya tak lain agar ummat-nya bisa bangun disepertiga malam. Sepertiga malam merupakan waktu yang tepat untuk bermunajat kepada Allah SWT hingga akhirnya datang waktu shubuh. Di waktu shubuh  masuk, maka Nabi sudah berjamaah bersama para sahabat lainnya, Jabir bin Samurah r.a mengatakan: “Aku sholat subuh bersama Nabi sangat sering dan Nabi setelah selesai sholat shubuh tidak meninggalkan tempat sholat kecuali setelah terbit matahari”.

Jadi ini juga merupakan kebiasan baik Nabi, yaitu duduk di tempat sholatnya sampai terbit matahari dan kita mengetahui terdapat sholat syuruq/sholat isyraq. Lalu Nabi akan pulang ke rumah menyapa para istrinya kemudian selalu ada nilai di setiap perjumpaan dengan istrinya. Nabi Saw bertanya tentang sarapan saja terdapat hikmah besar, Nabi Saw bertanya tentang sarapan tidaklah sulit karena Nabi hanya mengatakan ‘Hal indakum syai?’ (apakah kamu punya sesuatu?). Ketika terdapat makanan beliau makan, ataupun tidak beliau akan puasa.

Sekali waktu Nabi puasa sunnah dan sudah disediakan makanan, maka untuk menyenangkan istrinya Nabi berbuka puasa, selalu terdapat pelajaran yang mahal. Begitu masuk dhuha Nabi kembali ke masjid-nya. Ini merupakan aktivitas terpanjang Nabi, untuk menuntut ilmu dengan para sahabatnya di dalam masjid Nabawi. Sampai menjelang dzuhur dan Nabi memiliki waktu istirahat yakni Qailulah, istirahat Nabi menjelang dzuhur ataupun tidur yang sebentar itu dapat dilakukan setelah dzuhur. Masuk waktu dzuhur, terkadang Nabi masih memiliki majlis ilmu, atau terkadang Nabi memiliki kesibukan yang lain. Kemudian masuk waktu ashar sekiranya terdapat majlis-pun hanya sedikit, setelah ashar Nabi memiliki waktu banyak untuk silaturahmi dengan para sahabatnya, semua kegiatan berkunjung, mendatangani masyarakat yang sedang bertikai lalu menyelesaikannya, atau mendatangi permintaan untuk mempersaksikan tentang sesuatu. Jadi aktivitas luar biasa yang dilakukan oleh Nabi penuh dalam seharian tersebut sampailah menjelang maghrib.

Dengan manajemen waktu yang sangat baik tidaklah heran jika dalam waktu yang singkat 63 tahun Rasulullah SAW produktif menghasilkan banyak karya, diantaranya adalah:

  1. Rasulullah SAW memiliki ummat paling banyak walaupun, massa hidup beliau lebih sedikit dibanding dengan Nabi lain,
  2. Rasullah SAW adalah guru paling sukses dalam mendidik sahabat-sahabatnya,
  3. Rasulullah SAW adalah panglima perang paling handal dalam mengatur siasat,
  4. Rasulullah SAW adalah figur ayah dan suami yang baik saat berinteraksi dengan istri dan anak-anaknya,
  5. Rasulullah Saw adalah hamba Allah SWT yang paling banyak ibadahnya.

Inilah yang sebenarnya menjadi sebuah tolak ukur bagaimana orang-orang sholih terdahulu merasa sangat keberatan ketika melalui hari-harinya tanpa karya, jawabannya adalah terletak pada contoh terbaik bagi seluruh manusia yaitu Rasulullah Muhammad SAW, usia 63 tahun dengan karya yang sangat luar biasa, bahkan melahirkan generasi yang belum pernah ada sebelumnya.  Dan kemudian menjadi pemimpin bumi, mengubah peradaban dari kegelapan menjadi bercahaya. Ini adalah contoh betapa semua waktu yang dijalani oleh Rasulullah SAW, ternyata merupakan waktu-waktu yang berkah karena waktunya dibimbing langsung oleh Allah SWT dan waktunya disesuaikan dengan waktu ibadah, dan untuk itulah Allah menghadirkan keberkahan usia sehingga karya-karya beliau pun menjadi berkah. Waallahu ‘alam bishowwab.

Sumber Artikel: Tausiyah Ust. Budi Ashari, Lc (ahli sejarah islam)