Mau Sampai Berapa Umur Kita Nanti?
Ada yang masih ingat dengan Al-Khawarizmi? Ilmuwan muslim yang berjasa karena metode aljabar-nya yang berpengaruh atas dunia matematika modern saat ini. Bagaimana dengan Ibnu Sina yang namanya selalu digemakan saat belajar di bangku sekolah karena kitab Al-Qanun yang menjadi referensi dunia kedokteran? Atau Buya Hamka dengan segudang karyanya yang masih dibaca banyak khalayak? Atau mungkin, Chairil Anwar yang hingga kini puisinya tak jenuh dilantunkan?
Tokoh-tokoh yang saya sebutkan tadi memang jasadnya sudah tak ada lagi di dunia ini. Akan tetapi, nama-nama mereka masih terkenang di benak kita semua. Padahal mereka sudah tiada, bukan? Tapi seolah-olah keberadaannya masih terasa di sekeliling kita. Tentu saja itu semua dikarenakan karya yang membuat nama mereka abadi meski sudah tak ada. Lantas, bagaimana dengan kita?
Seperti yang Teh Farah Qoonita — seorang inspirator di Instagram– katakan,
Bahwa seseorang bisa saja hidup selama 100 tahun, tapi umurnya hanya mencapai 20 tahun. Sebaliknya, seseorang bisa saja hidup selama 20 tahun, namun umurnya mencapai hingga 1000 tahun.
Umur memiliki sifat kualitatif, dapat memanjang dan memendek sesuai manusia yang menggunakannya. Hal ini berbeda dengan ajal yang bersifat kuantitatif, sebab sudah Allah tetapkan saat manusia masih berada di dalam kandungan.
Allah itu Maha Adil. Ternyata, umur memiliki satuan yang disebut karya. Selama karya kita menghasilkan kebermanfaatan bagi orang lain, selama itu pula umur kita selalu bertambah dan pahala terus mengalir dalam hidup kita. Lihat saja Rasulullah saw, teladan terbaik sepanjang hidup kita. Meski ajal beliau di angka 63, namun seakan-akan beliau tetap hidup bahkan hingga detik ini. Nama, kisah, perkataan, perbuatan, bahkan cinta Baginda masih tetap hadir di setiap sendi kehidupan kita.
Benarlah apa yang disabdakan Rasulullah saw,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)
Salah satu amal yang tidak akan berhenti walaupun kita sudah masuk ke liang lahat adalah ilmu yang bermanfaat. Artinya, menelurkan sebuah karya di hidup kita sangtlah penting agar kita tidak cepat dilupakan penduduk bumi dan pahala tetap mengalir meski jantung tak lagi berfungsi. Jadi, mau sampai berapa umur kita nanti?