Perempuan dan Peran Strategisnya dalam Dakwah
(Ditulis oleh Annisa Rizkiyah, Mahasiswi STEI SEBI)
Dewasa ini para perempuan dihadapkan dengan perkembangan zaman yang menuntut banyak hal. Berbagai isu tentang perempuan, kesetaraan gender dalam berbagai aspek yang menyanggah batasan – batasan yang digariskan oleh Islam. Salah satunya adalah kritik pada Islam yang lebih menganjurkan perempuan untuk lebih banyak di rumah dibandingkan berkarir tinggi. Namun, sebenarnya kita sama – sama mengetahui bahwa apa yang telah digariskan oleh Islam merupakan konsep yang paripurna dengan tujuan untuk memberi penghormatan kepada kaum perempuan.
Dalam perjalanan sejarah mengenai perlakuan terhadap perempuan memang mengalami banyak catatan buruk dalam berbagai negara termasuk pada masa Arab jahiliyah sebelum datangnya Islam yang menganggap bahwa memiliki anak perempuan adalah aib, sehingga anak perempuan yang lahir dikuburkan secara hidup – hidup. Terjadi pula pada peradaban Romawi yang mendudukan perempuan setara dengan budak yang bertugas menyenangkan tuannya dan tidak diperbolehkan untuk mengambil bagian dalam segala urusan. Maka dengan latarbelakang catatan buruk sejarah tersebut munculah gerakan feminisme yang menuntut agar perempuan mendapatkan hak dan kedudukan yang sama dengan laki – laki dalam berbagai aspek.
Sebenarnya Islam telah mengatur secara komprehensif mengenai hal tersebut, seperti pembagian job desk dalam rumah tangga dimana laki – laki berkewajiban untuk memberikan nafkah, memenuhi kebutuhan keluarga, dan perempuan bertugas memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak dan menjaga nama baik suami, pun dalam Islam diperbolehkan perempuan untuk bekerja membantu suami dalam hal dan batasan tertentu.
Sekali lagi, batasan yang ada adalah bentuk penjagaan dan penghormatan pada kaum perempuan.
Dengan catatan buruk di atas, kita dapat menggali lagi apa yang kemudian dilakukan oleh para pelaku sejarah untuk memperbaiki kedudukan perempuan khususnya di Indonesia. Dalam bidang pendidikan terdapat Ibu Kartini yang memperjuangkan adanya pendidikan bagi kaum perempuan dengan tujuan agar perempuan terdidik dan dapat menjalankan perannya dengan baik, meski banyak yang beranggapan Kartini adalah tokok feminisme. Terdapat juga Ibu Rahmah El Yunusiyah yang berasal dari tanah Sumatera mendirikan sekolah untuk perempuan yaitu Diniyah School Puteri yang sampai saat ini masih memberikan sumbangsih pendidikan perempuan di Indonesia. Dan masih banyak lagi pejuang – penjuang perempuan termasuk para Ibu kita saat ini. Menghadapi tantangan zaman, perempuan merupakan peran strategis dalam dakwah dan menciptakan peradaban yang Islami. Tugas perempuan sebagai pendidik merupakan peran yang sangat strategis untuk mendukung terciptanya masyarakat madani. Kita dapat menganalogikan bahwa baiknya suatu negara dapat diwujudkan dengan baiknya masyarakat, baiknya masyarakat adalah kumpulan dari keluarga – keluarga yang baik pula. Dalam hal ini keluarga harus mampu untuk mendakwahkan keluarganya menjadi keluarga yang Islami dan memiliki ketahan yang baik dalam menghadapi fenomena – fenomena akhir zaman dalam kehidupan bersosial.
Maka apa yang harus perempuan perhatikan di tengah hingar bingar akhir zaman? yang terpenting adalah mempersiapkan diri untuk menghadapi masa depan dan selalu menjaga diri dalam situasi saat ini. Pastikan diri kita mampu untuk menjawab setiap tantangan yang akan datang di masa depan. Semoga Allah memberi kita ke–istiqomahan dalam taat kepada-Nya. Amiin.