Pesantren Alfatah Temboro, Kampung Madinah di Magetan
Pondok pesantren yang terletak di Desa Temboro Kecamatan Karas, Kabupaten Magetan, Jawa Timur ini masih terdengar asing bagi telinga kebanyakan masyarakat, namun siapa sangka, santrinya yang ribuan bahkan ada yang berasal dari berbagai negara, diantaranya Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Australia, Somalia, Kamboja, Brunei Darussalam, Papua Nugini, Timor Leste, Bangladesh dan Suriname.
Pendiri Pondok pesantren ini bernama KH. Sarbun Sidik pada tanggal 1 Mei 1939. Berawal dari sebuah Masjid yang diberi nama Al Fatah. Kemudian tahun 1952, KH. Sidik membokar rumahnya sendiri untuk dibangun sebuah pondok yang muat untuk tinggal sekitar 50 santri.
Kemudian berkembang dengan pendirian gedung madrasah, menambah gedung pondok, tanfidul Qur’an, dan masih banyak lagi. Pondok pesantren al Fattah temboro juga memiliki program yang bernama usaha perluasan Dakwah Islamiyah. Dengan tujuan menghidupkan sunah-sunah Nabi secara arif dan bijaksana, Mulai dari menghidupkan masjid hingga ziaroh kepada para ulama.
Saat ini pesantren Temboro sangat berkembang pesat. Untuk luas wilayah pondok saat ini sekitar 50 hektar. Sedangkan santri Pondok Temboro mencapai 19.000 santri ditambah kurang lebih seribuan dari luar negeri.
Pondok ini juga kerap dikaitkan dengan komunitas islam yang sering disebut Jama’ah Tablig (JT). Saat penulis berada di pondok tersebut tidak menemukan kalimat pondok ini milik jama’ah tablig atau kalimat yang serupa.
Karena memang jama’ah tablig bukanlah organisasi resmi yang terstruktur. Namun JT adalah sebuah gerakan dakwah yang ingin benar-benar terjun di masyarakat. Ini masih kesimpulan pribadi dari pengamatan sendiri dan ngobrol dengan beberapa aktivis dakwah JT.
Pondok pesantren Al Fatah Temboro dari segi mazhab fiqh mengikui Mazhab Syafi’iyah. Kemudian dalam hal akidah, beraqidah Ahlu Sunnah Wal Jama’ah yakni mengikuti Imam Asy’ari dan Imam Maturidi.
Para santri lulusan dari pondok pesantren Al Fatah Temboro banyak yang memiliki hafalan Qur’an dan Hadist Nabi. Lama menjadi santri di pondok tersebut sampai lulus kurang lebih 10 tahun.
Tidak salah juga jika kawasan ini disebut sebagai Kampung Madinah, mengingat banyaknya santri yang hafal Qur’an, hadits, dan lingkungan keseharian yang penuh dengan semangat menjalankan sunnah sehari-hari.
Sebutan kampung Madinah sudah disematkan pada Desa Temboro sejak 1980an. Sejak saat itu, jumlah santri terus bertambah. Desa ini pun ramai, sehingga aktivitas selalu tidak pernah berhenti.
Jika Anda penasaran, terbuka pengajian umum di Ponpes Al Fatah desa Temboro. Pengajian digelar rutin setiap hari selama bulan Ramadan usai salat Tarawih. Tak tanggung-tanggung, peserta pengajiannya terdiri dari masyarakat biasa sampai kalangan pejabat.
Saat bulan Ramadhan, anda juga bisa ikut shalat Tarawih di sini, yang bisa menghabiskan 30 jus dalam 11 rokaat dalam semalam. Bagaimana, berminat?